Tuesday, November 27, 2007

BERKAH MEMILIKI SUARA "INDAH"

Menurut gw, pada dasarnya semua orang itu suka bernyanyi. Dan setiap orang punya gaya pilihan masing-masing dalam bernyanyi. Kalau orang jawa kuno senang mendendangkan syair pada saat menidurkan anaknya sambil menyisipkan pesan moral, maka jadilah tembang. Kaum negro Amerika pada masa perbudakan sering mendendangkan kepedihan hidupnya dengan sebuah gitar, maka lahirlah musik blues. Sedangkan orang India, sangat gemar menari sambil bernyanyi, jadi ga usah heran kalo orang India senang bernyanyi sambil berlari-lari, muter-muterin pohon, terus tidur-tiduran.

Hal yang sama, temen-temen gw juga punya gaya yang ekstrem dalam bernyanyi. Ada yang saking menghayatinya ketika bernyanyi, dia merem-merem. Pas melek, udah ditinggal sama anak-anak. Trus, ada juga temen gw yang bernyanyi khusus hanya pada saat buang hajat. O bukan, itu ngeden. Maaf.

Trus ada temen gw juga yang bernyanyi dengan sangat pede. Dengan menggunakan sebuah pembenaran “improvisasi” dalam berolah vokal, maka lagu aslinya menjadi hilang bentuk sama sekali. Padahal semua juga tau, kalo dia itu ga bisa nyanyi. Jangankan nyanyi dengan benar, nafas aja suaranya udah fals.

Menurut Gw, suara bagus salah satunya dihasilkan dari kadar ingus dalam batang hidung. Sehingga suara kita akan terdengar sengau seperti Once vokalis Dewa 19, Duta Sheila on7, Pasha Ungu, dan Susi Susanti.

Dan tanpa minta dipuji, gw juga punya suara cukup komersial. Terbukti, tetangga gw sudah menggunakan jasa suara gw yang “merdu” untuk suatu hal yang sangat menentukan dalam hidupnya. Simak dialog di bawah ini.

Ibu-ibu: “Mas…., mas yang kemarin pagi nyanyi teriak-teriak di kamar mandi ya?”
Gw: “Iya… kok tau Bu.”
Ibu-ibu: “Iya, dari rumah saya kedengaran sangat jelas lho mas.”
(*Kamar mandi belakang di rumah kost gw berbatasan langsung dengan kamar
tetangga belakang rumah)
Gw: “Oo… (**) Emang mengganggu ya Bu. Aduh minta maaf ya, saya ga sadar
kalo saya nyanyinya terlalu keras.”
Ibu-ibu: “Ah ga papa mas. Suara mas bagus kok (*dengan tatapan prihatin). Malah
saya datang ke sini mau mengucapkan terima kasih.”
Gw: “Oh gitu, glek…(ge er*). Mmm…, ngomong-ngomong terima kasih kenapa
ya Bu?”
Ibu-ibu: “Ehm anu mas, kebetulan cucu pertama saya sudah lahir kemarin malam?”
Gw: Ohh… (*garuk kepala) Eh..h.. iya, selamat punya cucu ya bu… Trus
hubungannya dengan saya apa ya Bu?”
Ibu-ibu: Ehm… berkat suara sampeyan mas, cucu saya akhirnya bisa lahir
juga. Padahal ibunya mengandung dia sudah lewat massanya lho mas, 9 bulan
29 hari.
Gw: Yaaakkks…!!!

Tuesday, October 23, 2007

ADIK KESAYANGAN…

Gw punya tetangga sebelah rumah. Tetangga gw itu punya teman. Dan temannya itu tinggal persis di sebelah rumah tetangga gw itu(??). Nah, temannya tetangga gw itu pecinta anjing. Karena cintanya pada anjing, maka ia memperlakukannya sudah seperti binatang…(??).

Kalau pagi anjingnya itu selalu diajak jalan-jalan, kalau sore dimandiin, trus diajak jalan-jalan sore keliling perumahan, terus diajak ngomong bahasa manusia. Sepintas gw perhatikan hubungannya udah persis kaya anak dan ibu. Pokoknya tu anjing udah dianggap keluarga. O iya anjing itu pernah gw denger namanya Bruno. Dia terkenal galak, tak kenal pandang bulu dalam menggigit orang. Karenanya Bruno ditakuti banyak orang. Korbannya pun udah banyak.

Suatu kali gw kehilangan si Buluk, teman setia ke mana pun melangkah. Si Buluk udah tiga hari hilang dari singgasananya di bawah kursi teras rumah. Setelah membuat asumsi dan berteori, akhirnya gw membuat satu kesimpulan, “Si Buluk ilang diambil pemulung, atau diambil sama tukang barang bekas, atau diambil sama si anjing itu, Bruno.”

Beberapa hari kemudian datang ibu-ibu dengan menenteng sepasang sandal ke orang-orang dan menanyakan “Ini sandal siapa? Kok ada di rumah saya dua-duanya?” Trus gw ikut nimbrung ngeliat, “HAH, ITU KAN SI BULUK, SANDAL GW. Yihaa… akhirnya ketemu juga.

Tapi…, si Buluk kondisinya sudah tampak mengenaskan. Organ tubuhnya sudah tidak lengkap lagi. Tinggal talinya doang.(hiks..*). Celakanya, kondisi si buluk yang ditemukan tak bertuan tersebut tidak malah mengundang simpati, malah mengundang sejuta cela:
“Siapa sih yang punya, pasti kakinya pernah kerendem minyak tanah sampai melar, trus sandalnya jadi ikutan lebar.”
“Buset nih sandal apa serokan sampah ya?”
“Nih pasti yang make bukan manusia ya jeng, abis bentuknya gak lazim gitu.”

Arrrggghh… akhirnya gw malu mengakui atas kebulukkan si Buluk dan ketidaklaziman kondisi fisiknya.

Kesimpulan gw tentang siapa penculik si Buluk ternyata salah total. Si ibu tadi menyatakan bahwa sandal ganjil ini bisa sampai di rumahnya karena dibawa oleh si Desi. HAH… ternyata si Desi yang ngembat sandal gw dan membuatnya termutilasi mengenaskan. Jauh dari dugaan gw sebelumnya. Trus gw dendam dan mencari cara untuk melakukan pembalasan.

Tibalah saat yang ditunggu. Pas gw liat si Desi lagi sendirian, dia gw lempar pake botol aqua. Ptuk! Kena kepalanya. Tapi gw heran, si Desi kok ga marah! Dia malah memandang gw penuh arti. Dalem bannget! Kalo gw ga segera istighfar 1001 kali mungkin gw bisa menyatakan,”would you marry me…!!

Gw terhenyak. Baru kali ini gw mendapat pandangan seperti itu. Trus dia gw suruh pulang. Tapi tetap juga gak beranjak. Malah senyum-senyum sambil tetap memandang dengan dalam hingga akhirnya pergi juga. Gw ga habis pikir, setampan apakah wajah gw bagi mahkluk ini? (glek...*)

Peristiwa itu lantas gw ceritakan ke tetangga sebelah rumah gw. Rupanya dia juga udah tau kejadian yang menimpa si Desi. Sebab, si Desi sempat curhat sama dia, katanya waktu itu ia sedang mengingat-ingat wajah ayahnya yang telah lama pergi meninggalkannya. Karena katanya, MUKA BAPAKNYA MIRIP GW… ARGHH……, GUBRAK!!!.

Berikut beberapa fakta yang berhasil gw himpun tentang si Desi dan membuat gw urung memutilasinya:
1.Desi merupakan keluarga temen tetangga gw dan tinggalnya di rumah sebelah persis
tetangga sebelah rumah gw seperti pada awal gw ceritain tadi.
2.Desi adalah adik kesayangannya si Bruno.
3.??